Jakarta, Beritasatu.com – Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna mendorong Universitas Negeri Gorontalo (UNG) memanfaatkan momentum pandemi Covid-19 dengan meningkatkan kapasitas kelembagaannya, sehingga dapat memutakhirkan perannya, membangun laboratorium pengembangan strategic foresight dan scenario planning.
Ketua BPK mengatakan ketiadaan lembaga yang memfasilitasi dan memformulasikan kolaborasi antar lembaga publik dan pemangku kepentingan lainnya, menjadi kesempatan emas bagi UNG untuk dapat berperan lebih dalam pembangunan Provinsi Gorontalo, khususnya Pulau Sulawesi dan bahkan Indonesia.
Hal itu disampaikan Ketua BPK saat berorasi ilmiah pada Sidang Senat Terbuka dalam rangka Dies Natalis ke-58 Universitas Negeri Gorontalo. Rektor UNG Eduart Wolok turut hadir pada acara yang digelar di Auditorium UNG, di Gorontalo, Jumat (1/10/2021).
“Bila laboratorium strategic foresight dapat terbentuk di UNG, maka UNG dapat mewadahi kolaborasi penyusunan berbagai kebijakan publik yang melibatkan pemerintah dan pemangku kepentingan non pemerintah (komunitas dan swasta) dalam inovasi tata kelola untuk mengatasi berbagai masalah kebijakan publik,” ujar Ketua BPK.
“Seperti pengembangan kawasan wisata, kawasan industri terpadu, kawasan perikanan terpadu dan yang lainnya,” tambahnya.
Ketua BPK menyampaikan orasi ilmiah “Belajar Dari Masa Depan: Mengembangkan Strategic Foresight untuk Membangun Tata Kelola yang Lebih Baik”.
Ketua BPK optimistis, dengan pelembagaan foresight, lembaga akademik seperti UNG berpotensi menjadi bridging (menjembatani) antara pendidikan tinggi, sektor swasta dan pemerintah.
“Foresight juga dapat digunakan untuk melakukan analisis atas berbagai kebutuhan di masa depan, baik terkait tata kelola maupun kebijakan. Dari sini, strategic foresight, disarankan untuk dijadikan unit organisasi khusus yang mengintegrasikan penelitian, pengembangan dan perencanaan,” ungkapnya.
Secara sederhana, foresight dapat didefinisikan sebagai pendekatan yang digunakan untuk memahami kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Pendekatan ini sudah eksis dan menjadi bagian dari literasi manajemen strategic, bahkan menjadi peran tertinggi dari lembaga pemeriksa atau Supreme Audit Institution (SAI) seperti BPK.
Foresight atau lengkapnya strategic foresight, Ketua BPK menegaskan, tidak dimaksudkan untuk menawarkan jawaban pasti tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Karena tujuan foresight memang bukan untuk “mendapatkan masa depan yang benar”, tetapi untuk memperluas dan merangkai ulang berbagai perkembangan yang masuk akal yang perlu dipertimbangkan.
”Dengan mempelajari foresight, kita dapat menganalisis, memahami, mengantisipasi, dan mengelola berbagai permasalahan yang akan timbul dimasa yang akan datang,” jelasnya.