www.kompas.com, Jumat, 8 Oktober 2021
“Kami profesional saja, karena ini penugasan jadi kami akan melaksanakan dengan sukses,” begitu kata Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Widi Amanasto saat ditemui usia rapat dengan Komisi B DPRD DKI Jakarta, Rabu (6/10/2021). Widi mengatakan, PT Jakpro optimistis bukan tanpa alasan. Hasil renegosiasi yang dinilai menguntungkan DKI Jakarta adalah sumber optimisme yang paling besar. Jakpro berhasil meyakinkan pihak penyelenggara Formula E Operation (FEO) untuk menarik kewajiban pembayaran commitment fee yang harus dibayar Pemprov DKI Jakarta.
Dalam kesepakatan bersama FEO sebelumnya, Jakarta sebelumnya harus membayar commitment fee selama lima tahun, terhitung dari 2019 hingga 2024. Besaran commitment fee selama lima tahun itu mencapai Rp 2,3 triliun. Setelah kesepakatan baru, Jakarta cukup membayar commitment fee sebesar Rp 560 miliar untuk tiga tahun penyelenggaraan Formula E, yaitu dari 2022 hingga 2024. “Karena kondisi Covid, kami kan pakai taktik dalam negosiasi, sekarang kondisi kami (pascalonjakan Covid-19) begini, kami turunkan juga (commitment fee),” kata Widi.
Negosiasi alot berlangsung dua malam berturut-turut
Hasil negosiasi yang menguntungkan Jakarta itu tidak dicapai dengan mudah. Direktur Pengembangan Bisnis PT Jakpro sekaligus Managing Director Formula E Gunung Kartiko mengatakan mereka harus bekerja ekstra keras untuk meyakinkan FEO agar kesepakatan baru terjadi. Renegosasi itu dilakukan sepanjang malam dan dua hari berturut-turut melalui zoom meeting pada September 2021. “Berat sekali untuk kami laksanakan (proses negosiasi), itu dua malam lanjut terus, zoom meeting kita,” kata Gunung. Widi juga menyebut, jajaran anak buahnya banting tulang untuk mencapai kesepakatan itu. “Kita tarik ke belakang apa aja persiapannya, ini beliau (Gunung Kartiko) nih yang banting tulang,” tutur Widi.
Optimis terselenggara dan gunakan dana sponsorship
Widi memastikan, penyelenggaraan Formula E tidak lagi menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta kecuali yang sudah disetorkan untuk commitment fee senilai Rp 560 miliar. Widi mengatakan, uang yang sudah disetorkan itulah nantinya akan diputar untuk dikembangkan menjadi bisnis baru yang mampu membiayai Formula E. “Pasti enggak pakai APBD, yang sudah dibayarkan kemarin kami pakai untuk modal kami. Nanti akan kami gulirkan terus untuk menjadi suatu bisnis baru,” ujar Widi.
Selain biaya yang dijelaskan di atas, Widi mengatakan pembiayaan Formula E ke depan sepenuhnya bergantung pada sponsorship. “Sponsor antrean panjang,” kata dia. Dijelaskan Gunung Kartiko, kemungkinan PT Jakpro bisa mendapat sponsorship dari penyelenggaraan Formula E sebesar Rp 300 miliar. Biaya penyelenggaraan Formula E untuk penyelenggaraan dihitung mampu menghabiskan anggaran Rp 150 miliar untuk sekali balapan.
Sedangkan sisa dari sponsorship Rp 150 miliar akan digunakan untuk pre event yang menunjang bergulirnya roda ekonomi di Jakarta sebelum Formula E dimulai.
Sponsorship dan kendala lokasi sirkuit
Namun, perkiraan pemasukan dari sponsorship tidak sepenuhnya meyakinkan. Karena meskipun disebut mengantre, Widi mengatakan hingga saat ini belum ada proposal dari PT Jakpro untuk mengundang para sponsorship. Kendalanya adalah sirkuit balapan yang hingga kini belum bisa dipastikan berada di wilayah mana. “Tapi sponsor itu kan pasti lihat proposal dong, nah proposal di mana? proposal nunggu lokasi (sirkuit) dulu,” tutur Widi.
Terkait sirkuit ajang adu cepat mobil listrik ini disebut batal di kawasan Monumen Nasional (Monas) karena kendala izin. PT Jakpro saat ini memberikan lima opsi lokasi yang mungkin bisa dijadikan sirkuit Formula E menggantikan Monas. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, dari lima opsi dua di antaranya merupakan jalan raya di kawasan Senayan dan satu lagi berada di Pulau Reklamasi Pantai Maju Bersama. “Macam-macam (opsi letak sirkuit) di antaranya di Senayan, di Pantai Maju Bersama, dan lain-lain,” kata Riza.