Mediaindonesia.com, Rabu, 15 Mei 2024
Media
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Ismail mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan BUMD penyelenggara jasa angkutan umum untuk meremajakan armada bus berbahan bakar fosil menjadi berbasis tenaga listrik (electric vehicle/EV). Langkah itu harus dilakukan mengingat polusi udara di ibu kota yang semakin buruk.
“Kalau konteksnya terkait transportasi umum massal yang menjadi kontributor terhadap pencemaran udara dan memicu berbagai penyakit di masyarakat, kita harus segerakan armada bus dikonversi menjadi EV,” ujar Ismail di Jakarta, Selasa (14/5).
Ia mengatakan selama ini pemerintah masih memberikan subsidi BBM kepada operator angkutan umum. Nilai subsidinya tergolong besar yakni mencapai Rp7 triliun per tahun. Sayangnya, gas buang dari kendaraan ber-BBM itu menghasilkan emisi karbon yang mengakibatkan polusi udara dan membahayakan Kesehatan warga.
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Ismail mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan BUMD penyelenggara jasa angkutan umum untuk meremajakan armada bus berbahan bakar fosil menjadi berbasis tenaga listrik (electric vehicle/EV). Langkah itu harus dilakukan mengingat polusi udara di ibu kota yang semakin buruk.
“Kalau konteksnya terkait transportasi umum massal yang menjadi kontributor terhadap pencemaran udara dan memicu berbagai penyakit di masyarakat, kita harus segerakan armada bus dikonversi menjadi EV,” ujar Ismail di Jakarta, Selasa (14/5).
Ia mengatakan selama ini pemerintah masih memberikan subsidi BBM kepada operator angkutan umum. Nilai subsidinya tergolong besar yakni mencapai Rp7 triliun per tahun. Sayangnya, gas buang dari kendaraan ber-BBM itu menghasilkan emisi karbon yang mengakibatkan polusi udara dan membahayakan Kesehatan warga.
“Kebijakan subsidi BBM untuk angkutan umum ini ternyata menghasilkan emisi karbon. Emisi karbon ini menimbulkan sejumlah penyakit, yang ini juga menjadi beban bagi pemerintah dalam memberikan subsidi kesehatan. Nilai subsidi kesehatan ini pun cukup fantastis, yaitu Rp 12 triliun per tahun,” kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Mengutip data dari sejumlah penelitian, emisi gas buang dari kendaraan menjadi sumber terbesar polusi di Jakarta. Kontribusi emisi gas buang kendaraan terhada polusi udara pada musim kemarau mencapai 57%, sedangkan pada musim penghujan mencapai 47%.
Penelitian lain menunjukkan, kendaraan berat, seperti bus dan truk, menjadi penyumbang terbesar polusi udara akibat kendaraan di DKI Jakarta, yakni mencapai 32%. Penyumbang berikutnya adalah sepeda motor dan kendaraan light duty berbahan bakar diesel masing-masing 22%.
Di bidang kesehatan, polusi udara tercatat menjadi sumber penyakit penyebab kematian terbesar kelima di Indonesia, setelah tekanan darah tinggi, gula darah, merokok, dan obesitas. (Ant/Z-11)