Indikator Tata Kelola Pemprov DKI Anjlok, KPK Soroti Hal Ini

www.viva.co.id, Selasa, 6 April 2021

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPKAlexander Marwata angkat bicara ihwal turunnya indikator tata kelola pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

KPK mencatat indikator tata kelola pemerintahan yang baik Pemprov DKI Jakarta, turun dari 90 persen menjadi 76 persen. 

Indikator yang menjadi area intervensi dalam tata kelola pemerintahan daerah di DKI Jakarta, yakni Perencanaan dan Penganggaran APBD, Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ), Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, Manajemen ASN, Optimalisasi Pajak Daerah, dan Manajemen Aset atau Barang Milik Daerah. Ketujuh fokus area ini tercakup dalam aplikasi Monitoring Centre for Prevention. 

Alexander lebih jauh mengatakan, terdapat tiga area intervensi yang perlu diperhatikan Pemprov DKI. “Terdapat tiga area intervensi yang perlu mendapatkan perhatian Pemprov DKI, yakni PBJ, optimalisasi pajak daerah, dan manajemen aset daerah,” kata Alex sapaan karib Alexander Marwata, kepada awak media, Selasa, 6 April 2021.

Alex menyebut, terkait PBJ, Pemprov DKI Jakarta perlu memberi perhatian serius, karena mayoritas kasus korupsi di pemerintah daerah, berkaitan erat dengan PBJ.

Temuan Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi DKI Jakarta atas dugaan penyimpangan dalam pengadaan Digital Velvet System Tahun Anggaran 2013 oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, menunjukkan potensi kemahalan harga sebesar Rp12,23 miliar.

“Atas kondisi itu, putusan PK (peninjauan kembali) tanggal 2 Desember 2019 memerintahkan Pemprov DKI Jakarta membayar nilai kontrak pengadaan sebesar Rp47,8 miliar ditambah bunga sebesar 1,08 persen setiap bulannya, dan membayar kerugian atas kehilangan potensi keuntungan akibat keterlambatan pembayaran kontrak sebesar Rp2 miliar,” kata Alex.

Sedangkan soal optimalisasi pajak daerah, Alex meminta Pemprov DKI Jakarta mendorong penagihan piutang pajak secara intensif. Dia juga menyarankan pemprov untuk bekerja sama dengan pihak lain bila diperlukan.

Sedangkan soal manajemen aset, KPK menyoroti rendahnya upaya sertifikasi aset di DKI Jakarta dibandingkan jumlah tanah yang dimilikinya.

Data KPK per 2020 menunjukkan, total aset tanah Pemprov DKI Jakarta mencapai 6.890 bidang, di mana jumlah tanah yang telah bersertifikat di awal 2020 sebanyak 3.368 bidang atau baru 48,88 persen.

Karenanya, Alex mendorong Pemprov DKI Jakarta meningkatkan upaya sertifikasi aset secara signifikan.

“KPK sangat berharap kejadian penyimpangan terkait masalah tanah tidak terjadi lagi di DKI Jakarta, seperti tanah di wilayah Cengkareng dan tanah milik Perusahaan Daerah Sarana Jaya,” ujarnya.

Alex menambahkan juga beberapa poin pemikirannya. Pertama, dia mengapresiasi atas pencapaian Pemprov DKI dalam penagihan Prasarana, Sarana, dan Utilitas sebesar Rp23,5 triliun.

Pencapaian itu, kata dia, merupakan pencapaian tertinggi secara nasional dan berkontribusi sebesar 77,37 persen kepada total penagihan PSU secara nasional.

Kedua, mendorong agar rencana perpanjangan Perjanjian Kerja Sama antara PAM Jaya dan PT Aetra yang berakhir di tahun 2023 tidak jadi dilaksanakan. KPK mendorong pengelolaan air tersebut dapat dilaksanakan oleh PAM Jaya.

Ketiga, KPK mendorong agar penyimpangan dalam pemeriksaan pajak, yang dilakukan tim pemeriksa pajak Badan Pendapatan Daerah DKI Jakarta, dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan, dan pihak-pihak yang melakukan penyimpangan diberikan sanksi sesuai aturan.

Kempat, KPK mendorong digitalisasi pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) guna mempermudah masyarakat membayar kewajibannya.

Kelima, KPK meminta Pemprov DKI Jakarta menuntaskan permasalahan pemotongan insentif tenaga kesehatan di sejumlah RSUD, lalu memberikan sanksi berat bagi pihak yang terlibat dan melindungi para tenaga kesehatan yang menjadi korban.

Menanggapi itu, Wakil Ketua KPK, Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyatakan terima kasih atas masukan dan rekomendasi KPK terkait program pencegahan korupsi terintegrasi di wilayahnya.

Anies menegaskan pihaknya akan menindaklanjuti rekomendasi KPK, dan akan berusaha melakukan perbaikan untuk meningkatkan pencapaian Monitoring Centre for Prevention (MCP) 2021 agar lebih tinggi dari pencapaian MCP 2020. Terakhir, Anies meminta KPK mengawal dan bersinergi dengan pihaknya dalam rangka perbaikan tata kelola pemerintahan di internal Pemprov DKI Jakarta.