Deretan Persoalan Sumur Resapan dan Klarifikasi Pemprov DKI

www.beritasatu.com, Jumat, 10 Desember 2021

Belakangan ini, sumur resapan di Jakarta menjadi sorotan publik. Padahal, sumur resapan merupakan salah satu program unggulan dan prioritas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam rangka mengendalikan banjir yang menjadi persoalan klasik dan menahun di Ibu Kota.

Beritasatu.com coba merangkum deretan persoalan sumur resapan yang dikeluhkan warga, pejabat publik, para ahli hingga netizen. Dirangkum pula juga klarifikasi Pemprov DKI Jakarta atas persoalan-persoalan tersebut.

1. Pembuatan sumur resapan di trotoar tidak logis.
Salah satu persoalan sumur resapan yang sempat viral di media sosial adalah pembuatan sumur resapan di trotoar. Mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean membuat video proses pembangunan sumur resapan di beberapa titik trotoar Jakarta. Video tersebut kemudian viral di jagat maya. Menurut Ferdinand, tidak masuk akal air akan masuk ke sumur resapan karena posisi trotoar lebih tinggi dari jalan.

“Lantas, air dari mana akan masuk ke dalam kalau trotoarnya sendiri lebih tinggi dari jalan, dari permukana jalan, ditambah lagi sumur resapan lebih tinggi, terus air apa yang akan meresap ke dalam (sumur resapan). Ini Pemprov DKI Jakarta akalnya tidak jalan,” kata Ferdiand dalam video tersebut.

Atas video yang beredar tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria langsung memberikan klarifikasi soal pembangunan sumur resapan di atas trotoar. Menurut Riza, pembuat video salah memahami cara kerja sumur resapan dalam mengurangi genangan air atau banjir.

Dalam penjelasannya, Riza mengatakan air hujan atau genangan tidak hanya masuk melalui mulut sumur resapan, tetapi juga melalui tali-tali air ke bak kontrol yang kotak. Tali-tali air ini berupa lubang kecil di samping trotoar atau di pinggir jalan. “Air akan disaring sebelum masuk ke sumur resapan, ada penyaring sederhana. Contohnya sumur resapan yang ada di Gandaria City,” ungkap Riza.

2. Sumur resapan rusak jalan dan ganggu pengguna jalan.
Pembanguan sumur resapan di beberapa titik juga membuat jalan rusak, karena dampak dari pembangunan tersebut mengakibatkan jalan tidak rata dan bergelombang. Hal ini pernah diungkapkan oleh Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi setelah meninjau langsung pembangunan sumur resapan di beberapa titik di Kawasan Aditiawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Senin (29/11/2021).

“Saya melihat langsung pengerjaan sumur resapan yang dinilai efektif oleh Pemprov DKI sebagai salah satu satu upaya penanggulangan banjir di ibukota yang merusak, mengambil sebagian ruang badan pada jalan dan menghambat pengguna lalu lintas,” kata Prasetio di akun Twitternya sambil mem-posting foto-foto pembangunan sumur resapan yang membuat jalan rusak dan mengganggu pengguna jalan.

Sumur resapan yang mengganggu pengguna jalan juga terjadi di Jalan Lebak Bulus III, Cilandak, Jakarta Selatan. Pasalnya, para pekerja tidak menutup dengan tepat lubang sumur resapan.

Pemprov DKI pun telah bergerak cepat untuk memastikan pembangunan sumur resapan tersebut tidak merusak jalan dan mengganggu pengguna jalan. Bahkan para kontraktor sudah diingatkan dan diberikan sanksi teguran.

Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, Yusmada Faizal pun sudah meninjau langsung perbaikan sumur resapan di Jalan Lebak Bulus III, Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (5/12/2021). Dalam kesempatan tersebut, Yusmada juga memanggil rekanan proyek/kontraktor dari pekerjaan drainase vertikal untuk dilakukan evaluasi langsung di lokasi.

“Saya selaku pengguna anggaran Kepala Dinas SDA memanggil pelaksana dari pembangunan drainase vertikal ini dan melakukan pemeriksaan terhadap kekurangakuratan atau ketidaksempurnaan atas pekerjaan (drainase vertikal) ini. Kita sudah memberikan teguran kepada mereka untuk dalam waktu secepatnya melakukan perbaikan dan menyempurnakan secara benar agar drainase vertikal ini berfungsi baik sesuai dengan yang kita harapkan,” kata Yusmada di Lebak Bulus.

Yusmada juga mengungkapkan, konstruksi penutup pada drainase vertikal di Jalan Lebak Bulus III sebelumnya kurang sempurna, sehingga mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Maka dari itu, pihaknya memerintahkan kontraktor yang bersangkutan untuk segera memperbaikinya.

“Drainase vertikal (sumur resapan) ini sudah terbangun, kemarin itu konstruksi tutupnya kurang sempurna, sehingga menyebabkan ketidaknyamanan pengguna jalan. Karena itu, saya minta ini dibuat rata semaksimal mungkin, sehingga jalan ini dapat berfungsi baik, aman, nyaman bagi kendaraan berlalu lintas,” ungkapnya.

“Di sisi lain, kita juga harus memastikan drainase vertikalnya juga berfungsi sesuai dengan kebutuhan, jadi ini kita lihat lubangnya kita kembalikan lagi. Tetapi, saya minta drainase vertikal ini harus berfungsi baik. Nanti di sepanjang jalan (Lebak Bulus III) akan ada tangkapan air (water trap) yang akan terhubung langsung ke drainase vertikal, itu yang kita minta ke kontraktor untuk menyempurnakan kegiatan ini,” pungkas Yusmada.

3. Harga satu sumur resapan capai Rp 80 juta.
Di media sosial juga ramai dikritik soal harga satu sumur resapan. Beberapa netizen menyebut harga satu sumur resapan bisa mencapai angka Rp 80 juta. Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria pun telah membantah soal harga sumur resapan tersebut. Menurut Riza, harga satu sumur resapan berkisar Rp 7,2 juta hingga Rp 13,2 juta, tergantung jenis sumur resapannya.

“Untuk buis beton harga berkisar di Rp 13,2 juta, tipe buis beton berlubang heavy duty, ini harga termahal adhimix. Sedangkan untuk tipe modular harga berkisar di Rp 7,3 juta per meter kubik, itu harga termahal tipe modular,” tutur Riza di Jakarta, Kamis (2/12/2021).

4. Sumur Resapan tidak cocok untuk Jakarta.
Sejumlah pakar dan ahli menilai bahwa sumur resapan tidak cocok untuk dibangun di Jakarta dalam rangka mengendalikan banjir. Pasalnya, Jakarta berada di daerah hilir yang memiliki tanah dengan daya serap rendah. Jika dipaksakan, maka sumur resapan tersebut akan menjadi kolam penampungan bukan mengurangi genangan dan menambah cadangan air tanah. Para pakar menilai sumur resapan lebih efektif dibangun di daerah penyangga Jakarta seperti Bogor.

Terlepas dari pandangan para pakar dan ahli tersebut, Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Yusmada Faizal menegaskan bahwa sumur resapan efektif untuk mengantisipasi terjadinya banjir di sejumlah titik yang rutin terdampak. Selain mencegah banjir, gerakan pembangunan sumur resapan juga menjadi solusi menciptakan lapangan kerja sekaligus memperbaiki lingkungan dan konservasi air menuju Jakarta Kota Ramah Air.

Hingga 9 November 2021, telah dibangun drainase vertikal tipe buis beton sebanyak 16.035 titik dengan daya tampung 31.498 m3. Sementara itu, daya tampung sumur resapan tipe modular sebanyak 6.633,7 m3. Kapasitas sumur resapan yang sudah ada (buis beton+modular+optimalisasi) sebanyak 38.453m3.

Pemprov DKI Jakarta, kata Yusmada, membangun 2 jenis sumur resapan, yaitu sumur resapan dangkal dan sumur resapan dalam. Sumur resapan dangkal berfungsi menekan genangan air di permukaan tanah dengan cara mengalirkannya ke sumur resapan. Adapun, sumur resapan dalam berfungsi untuk menambah cadangan air tanah. Sumur resapan dangkal berpotensi menampung dan menyerapkan air ke dalam tanah sebanyak 11.502.420 m3. Pemprov DKI Jakarta akan membangun sebanyak 1.150.242 unit sumur serapan dangkal dan 100 lokasi sumur resapan dalam di wilayah DKI.

5. Sumur resapan jebol.
Persoalan terbaru terkait sumur resapan adalah jebolnya sumur resapan di Jalan kawasan Bona Indah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan setelah dilindas oleh mobil Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Isyana Bagoes Oka pada Rabu (8/12/2021) siang. Kejadian tersebut mengakibatkan ban bagian belakang mobil Isyana jeblos ke dalam sumur resapan. Sejumlah pihak mengkritik pembangunan sumur resapan tersebut karena bisa membahayakan pengguna jalan. Apalagi pada saat kejadian, tidak ada pembatas atau penanda bahwa di titik tersebut sedang ada pembangunan sumur resapan.

Luruh Lebak Bulus Jaenudin mengatakan bahwa sumur resapan di Jalan Bona Indah, Lebak Bulus tersebut baru selesai dicor dan diaspal. Menurut Jaenudin, cor-annya belum kuat sehingga cor-an penutup sumur resapan jebol karena umumnya 14 hari setelah cor-an baru bisa dilewati oleh kendaraan. Jaenudin mengakui bahwa di titik tersebut memang sudah tidak ada penanda karena telah diambil warga. Sementara Wagub Riza Patria meminta kontraktor pembuatan sumur resapan di Jalan Bona Indah, Lebak Bulus untuk segera memperbaiki sumur resapan tersebut.