Medcom.id, Kamis, 18 Februari 2021
Beredar sebuah informasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membayar buzzer Rp5 miliar per tahun. Informasi beredar di facebook.
Akun facebook Randy Dwi Rangga membagikan narasi ini pada 15 Februari 2021. Berikut informasi yang disampaikan. “Terbongkar @aniesbaswedan Bayar Buzzer 5 Miliar Lebih Setahun”
Dalam informasi ini ada tangkapan layar mata anggaran untuk membayar buzzer.
Penelusuran:
Dari hasil penelusuran tim cek fakta medcom, klaim Anies membayar buzzer Rp5 miliar per tahun adalah salah. Faktanya, anggaran tersebut adalah alokasi untuk membayar influencer untuk promosi pariwisata namun telah dibatalkan. Dilansir dari detik.com, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sempat merencanakan anggaran Rp 5 miliar untuk membiayai lima influencer. Tujuannya untuk mempromosikan pariwisata di Jakarta. Namun anggaran itu kini dinyatakan sudah dihapus.
Anggaran itu terlihat ada di Rancangan Plafon Anggaran Seentara (PPAS), tepatnya pada dokumen Lampiran III Komisi B. Program Kegiatannya adalah ‘Penyelenggaraan aktivitas promosi pariwisata dan budaya melalui media sosial’. Sasarannya adalah ‘Jumlah influencer aktivitas promosi pariwisata dan budaya melalui media sosial’.
Targetnya, ada lima influencer yang diikutsertakan. Anggaran untuk lima influencer yang mempromosikan pariwisata Ibu Kota ini sebesar Rp 5.008.691.930,00.
“Sudah dihapus sejak awal Oktober, anggaran tersebut saat ini sudah tidak ada dalam RAPBD 2020,” kata Kepala Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Edy Junaedi.
Dilansir cnnindonesia, berdasarkan usulan pada Kebijakan Umum APBD Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUAPPAS) DKI 2020, dana itu akan digunakan untuk membiayai aktivitas pariwisata yang oleh influencer di media sosial.
Dana sebesar Rp 5.008.691.930 itu disasarkan pada lima influencer. Influencer secara umum adalah orang yang memiliki pengikut relatif besar di media sosial sehingga dijadikan model panutan.
Kesimpulan:
Klaim Anies membayar buzzer Rp5 miliar per tahun adalah salah. Faktanya, anggaran tersebut adalah alokasi untuk membayar influencer untuk promosi pariwisata namun telah dibatalkan.
Informasi ini jenis hoaks false context (konteks keliru). False context adalah sebuah konten yang disajikan dengan narasi dan konteks yang salah. Biasanya, false context memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.