Integrasi Transportasi Kepulauan Seribu dengan Darat Dinilai Sulit Terealisasi

www.tempo.co, Senin, 3 Mei 2021

Anggota komisi B DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak melihat rencana integrasi transportasi darat dengan laut yang diinginkan pengusaha angkutan laut di Kepulauan Seribu, bakal sulit terealisasi.

“Kecil sekali kemungkinan itu bisa diwujudkan,” kata anggota komisi yang membidangi perhubungan itu melalui pesan singkat, Senin, 3 Mei 2021.

Menurut politikus PDI Perjuangan itu, saat ini pemerintah saja belum bisa maksimal mengintegrasikan transportasi darat yang masuk dalam program Jak Lingko. Sebab realisasi penyediaan armada Jak Lingko masih jauh dari target.

Adapun Pemerintah DKI menargetkan pengadaan 10.045 armada Jak Lingko pada tahun lalu, tapi realisasinya tidak sampai setengahnya.

Menurut dia, para pengusaha angkutan laut di Kepulauan Seribu tidak lagi berharap janji Gubernur DKI Anies Baswedan untuk mengintegrasikan transportasi darat dengan laut itu terealisasi. Sebabmya, fokus Anies saat ini terkesan bukan lagi menangani permasalahan di Ibu Kota.

“Semua tinggal masalah yang menjadi legacy-nya, untuk jadi urusan gubernur mendatang. Gubernur mendatang akan mengatakan bukan urusannya, dan rakyat yang jadi korban,” ujarnya.

Ketua Asosiasi Wisata Kepulauan Seribu Musleh mengingatkan Gubernur DKI Anies Baswedan yang berjanji untuk mengintegrasikan transportasi darat dengan laut.

“Kampanye Pak Anies saat menjadi calon gubernur menyinggung transportasi DKI akan diintegrasikan ke transportasi laut juga. Tapi sampai sekarang belum ada upaya untuk merealisasikannya,” kata Musleh yang akrab disapa Micky saat dihubungi, Ahad, 2 Mei 2021. Micky adalah salah satu pemilik kapal angkut di Kepulauan Seribu.

Menurut Micky, Pemerintah DKI hanya fokus untuk mengintegrasikan bus rapid transit dengan LRT, dan MRT hingga angkutan mikro yang ada di darat. Namun, penataan transportasi laut yang menunjang akses wisatawa di Kepulauan Seribu dikesampingkan.

Adapun total kapal angkutan yang menjadi alat transportasi di Kepulauan Seribu mencapai 48 unit. Namun saat ini tinggal tersisa 50 persen yang beroperasi. “Setengahnya tidak beroperasi karena tenggelam dan minimnya perawatan.”